Laki-laki dan Perempuan


Dua hari ini aku dan pasangan sedang asik mempelajari buku Psikologi Suami-Istri karya Dr. Thariq Kamal. Buku yang merupakan kado pernikahan dari sahabat suamiku dan merupakan salah satu dari dua referensi pernikahan yang terpajang di perpustakaan keluarga kami. Sebenarnya mungkin ada banyak sekali referensi pernikahan yang sebelum menikah, ingin aku miliki. Ada banyak buku-buku kado pernikahan karya penulis local yang cukup booming pada tahun-tahun terakhir kuliahku. Seperti karyanya Fauzil Adhim, karya Salim A. Fillah, dan masih banyak karya lainnya, yang juga merupakan buku tebal, dan insya Allah detail membahas tentang pernikahan dari A sampai Z. Sayangnya, buku-buku yang sedikit banyak telah berhasil mengomporiku untuk segera menikah itu, justru telah dikonsumsi sebagian sebelum menikah-lewat pinjaman tentunya, atau menyempatkan waktu membaca di toko buku- sehingga pasca menikah, kami hampir tidak sempat memikirkan untuk membeli buku referensi seperti itu. Why? Karna mungkin kami saat itu sibuk dengan proses adaptasi.
Back to buku Psikologi Suami Istri karya Dr. Thariq. Buku setebal kurang lebih 700 halaman itu, memang tak kalah tebal dari referensi pernikahan karya penulis local. Akan tetapi, dengan jumlah halaman sebanyak itu, dan dengan gaya penulisan ilmiah, buku itu sarat dengan informasi mendalam tentang suami dan istri. Meskipun jika bukan pelaku utama, bukan sebagai suami, bukan sebagai istri, buku itu mungkin terkesan membosankan dan justru tidak mengompor-ngompori untuk segera menikah. Buku ini lebih mengantarkan pada pemahaman yang lebih mendalam terhadap karakter laki-laki dan perempuan khususnya dalam kehidupan rumah tangga.
Jika membaca buku ini dari awal, maka, Subhanallah, ingin aku acungkan empat jempol, bagi mereka yang sanggup konsisten membaca buku ini dari halaman pertama sampai akhir. Isinya memang menarik sebagai referensi kehidupan berumah tangga. Setiap poin judul mengundang para pelaku utama untuk membacanya. Meskipun ketika membacanya kening berkerut-kerut dan setelah membaca, perlu dilakukan diskusi dengan pasangan.
Bagaimana dengan kami? Buku itu memang referensi. Dan kami tidak mewajibkan diri untuk membacanya secara runut dari halaman pertama sampai akhir. Melainkan dengan melihat daftar judul yang kira-kira ingin kami ketahui lebih lanjut, atau kami sedang dalam proses penyelesaian masalah yang berkaitan dengan judul tersbut.
Di sini, kami ingin menuliskan lagi, apa yang telah kami baca dengan persepsi kami, dan dengan bahasa kami.

Komentar

Postingan Populer